Kritik adalah
tanggapan yang umum diberikan oleh seseorang ketika mengapresiasi ide atau
gagasan orang lain. Ketika diperkenalkan pada kritik seni, banyak orang
mengaitkan kata ‘kritik’ dengan konotasi negatifnya. Kritik identik dengan
ekspresi ketidaksetujuan seseorang atau sesuatu berdasarkan kesalahan atau
kesalahan yang dirasakan.
Namun, kritik yang
dibahas disini tidak mengacu pada stereotype tersebut.
Kritik yang baik justru adalah tanggapan yang tidak hanya mencari kesalahan,
tetapi juga memperlihatkan keunggulan dan menunjukan kemungkinan-kemungkinan
yang diambil untuk memperbaiki kesalahan gagasan yang dikritik tersebut.
Dalam bidang keilmuan,
kritik adalah tanggapan evaluatif untuk menilai dan mengkoreksi suatu gagasan
yang dapat terjadi di segala bidang kehidupan manusia. Kritik seni rupa adalah
analisis dan penilaian atas kelebihan dan kekurangan pada karya seni rupa
tersebut.
Pengertian Kritik Seni Rupa
Kritik Seni adalah
mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu karya seni rupa dengan
memberikan alasan berdasarkan berbagai analisa dan pengkajian. kelebihan dan
kekurangan itu dipergunakan dalam bermacam hal, terutama sebagai bahan untuk
mengetahui kualitas dari sebuah karya.
Para ahli umumnya
beranggapan bahwa kritik dimulai dari kebutuhan untuk memahami saat
mengapresiasi, kemudian beranjak pada kebutuhan analisa lebih lanjut bahkan
mendapatkan kesenangan dari kegiatan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan karya seni tersebut. Seiring dengan perkembangan pemikiran seni dan
kebutuhan publik terhadap dunia seni, kegiatan kritik kemudian berkembang dan
mengisi berbagai fungsi sosial lainnya.
Kritik seni
merespons, menafsirkan makna, dan membuat penilaian kritis tentang karya seni
tertentu. Kritik seni membantu pemirsa memahami, menafsirkan, dan menilai karya
seni. Biasanya Kritikus cenderung lebih fokus pada seni modern dan kontemporer
dari budaya yang dekat dengan budaya mereka sendiri. Sementara Sejarawan seni
cenderung mempelajari karya yang dibuat dalam budaya yang lebih jauh dalam
ruang dan waktu.
Kritik karya seni
rupa tidak hanya meningkatkan kualitas apresiasi dan pemahan terhadap sebuah
karya, tapi dipergunakan juga sebagai standar tersendiri untuk meningkatkan
kualitas hasil berkarya. Tanggapan yang disampaikan oleh seorang kritikus
ternama akan sangat mempengaruhi persepsi apresiator terhadap kualitas sebuah
karya seni hingga dapat mempengaruhi penilaian harga dari karya tersebut.
Fungsi Kritik Seni
Kritik seni
memiliki fungsi yang sangat strategis dalam dunia kesenirupaan dan pendidikan
seni rupa. Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani
persepsi dan apresiasi artistik dan estetik karya seni rupa, antara pencipta
(seniman, artis), karya, dan penikmat seni. Komunikasi antara karya yang
disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-balik dan
interpenetrasi keduanya.
Fungsi lain ialah
menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun
penikmat. Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi
kelemahan, mengupas kedalaman, serta membangun kekurangan. Seniman memerlukan
umpan-balik guna merefleksi komunikasi-ekspresifnya, sehingga nilai dan
apresiasi tergambar dalam realita harapan idealismenya.
Publik seni
(masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni membutuhkan
tali penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap realita artistik dan
estetik dalam karya seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin
lekat, manakala kritik memberikan media komunikasi persepsi yang memadai.
Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang berupaya mengupas, menganalisis
serta menciptakan sudut interpretasi karya seni, diharapkan memudahkan bagi
seniman dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni.
Jenis Kritik Seni
Kritik karya seni
rupa memiliki perbedaan jenis berdasarkan dari tujuan kritik tersebut. Karena
berbagai perbedaan tersebut, maka kritik seni pun terbagi menjadi beberapa
macam, seperti pendapat Feldman (1967) yaitu:
Kritik Populer (popular criticism)
Kritik populer
adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat pada umumnya.
Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini bersifat pengenalan karya
secara umum. Dalam tulisan kritik populer, biasanya dipergunakan bahasa dan
istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.
Kritik Jurnalis (journalistic criticism)
Kritik jurnalis
adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan
secara terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritik
ini hampir sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam.
Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap
kualitas dari sebuah karya seni, karena sifat dari media massa dalam
mengkomunikasikan hasil tanggapannya.
Kritik Keilmuan (scholarly criticism)
Kritik keilmuan
merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dan memerlukan wawasan,
pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menanggapi sebuah karya
seni. Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah
teruji kepakarannya dalam bidang seni rupa atau seni pada umumnya. Kritik yang
disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis.
Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi
para penulis karya ilmiah lain atau kolektor, kurator, galeri dan institusi seni
yang lainnya.
Kritik Kependidikan (pedagogical criticism)
Kritik kependidikan
merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan
artistik serta estetika pelajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di
lembaga-lembaga pendidikan seni rupa terutama untuk meningkatkan kualitas karya
seni rupa yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis kependidikan biasanya
digunakan oleh pengajar bidang ilmu seni dalam mata pelajaran pendidikan seni.
Pemahaman terhadap
keempat tipe kritik seni dapat menentukan pola pikir kita saat melakukan kritik
seni. Setiap jenis mempunyai berbagai cara dan metode yang berbeda dari
sudut pandang, sasaran, dan materi yang tidak sama.
Bentuk Kritik Seni
Selain berdasarkan
tujuan, kritik seni memilik berbagai bentuk yang berbeda berdasarkan perbedaan
pendekatan dan metode yang digunakan. Selain jenis kritik yang disampaikan oleh
Feldman, berdasarkan landasan yang digunakan, dikenal juga beberapa bentuk kritik
yaitu: kritik formalistik, kritik ekspresivistik dan instrumentalistik. Berikut
adalah pemaparannya.
Kritik Formalistik
Melalui pendekatan
formalistik, kajian kritik ditujukan utamanya terhadap karya seni rupa sebagai
konfigurasi aspek-aspek formalnya, aspek bentuk atau unsur-unsur
pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju
kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis,
tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik
berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya
seni.
Kritik Ekspresivistik
Pendekatan
ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus kemungkinan akan menilai dan
menanggapi kualitas gagasan dan perasaan atau ekspresi yang ingin
dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik
ekspresivistik umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul,
tema, isi dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.
Kritik Instrumentalistik
Melalui pendekatan
instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan
kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau
psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal
dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat
ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’ karya
Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis
penciptaan lukisannya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan
tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi
pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan, bukan hanya
secara formalistic seperti yang telah dijelaskan diatas.
Tahapan Kritik Seni
Mengelompokan
kritik seni beradasrkan tahapannya akan mempermudah proses menulis kritik.
Dengan menggunakan tahapan-tahapan yang teratur kita akan lebih jeli untuk
mempertimbangkan berbagai kelebihan dan kekurangan dari sebuah karya seni rupa.
Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat
dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut:
Deskripsi
Deskripsi adalah
tahapan dalam kritik untuk memperhatikan, menemukan berbagai unsur terkecil
seni rupa, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya
tanpa berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan terlebih dahulu.
Untuk dapat mendeskripsikan dengan baik, seorang kritikus harus mengetahui
istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa
pengetahuan tersebut, maka kritikus akan kesulitan untuk mendeskripsikan
fenomena menarik yang terdapat pada karya yang dilihatnya. Deskripsi harus
menjawab pertanyaan ‘apa yang kita lihat?’. Berikut adalah beberapa unsur dan
prinsip yang dapat diikuti ketika melakukan analisis formal terhadap karya
seni. Berbagai elemen yang merupakan deskripsi meliputi:
1. Bentuk seni adalah lukisan, patung atau salah satu media seni lain.
2. Medium apa yang digunakan, misal cat, batu, dll, dan teknik (alat yang
digunakan).
3. Ukuran dan skala pekerjaan (hubungan dengan orang, bingkai atau konteks
skala lain).
4. Elemen atau bentuk umum dalam komposisi, termasuk pembangunan struktur
atau lukisan; identifikasi benda.
5. Deskripsi poros apakah vertikal, diagonal, horizontal, dll.
6. Deskripsi garis, termasuk kontur seperti lembut, planar, bergerigi, dll.
7. Deskripsi tentang bagaimana garis menggambarkan bentuk dan ruang
(volume); membedakan antara garis objek dan garis komposisi, mis., tebal, tipis,
bervariasi, tidak beraturan, terputus-putus, tidak jelas, dll.
8. Hubungan antara bentuk, misalnya, besar dan kecil, tumpang tindih, dll.
9. Deskripsi skema warna dan warna; palet.
10.Tekstur permukaan atau komentar lain
tentang pelaksanaan pekerjaan.
11.Konteks objek: lokasi asli dan
tanggal pembuatan.
Analisis formal
Analisis formal
adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya seni
berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini
seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip seni rupa atau ilmu
penataan komposisi unsur dalam sebuah karya seni. Analisis formal berarti
menentukan apa unsur dan prinsip yang digunakan dan memutuskan mengapa seniman
menggunakan berbagai fitur tersebut untuk menyampaikan gagasannya. Analisis Ini
menjawab pertanyaan, “Bagaimana seniman melakukannya?”
Berbagai elemen
analisis formal meliputi:
1. Penentuan materi pelajaran melalui penentuan elemen ikonografi, misalnya
peristiwa historis, alegori, mitologi, dll.
2. Pemilihan fitur atau karakteristik yang paling khas baik garis, bentuk,
warna, tekstur, dll.
3. Analisis prinsip-prinsip seni rupa dan desain atau komposisi, misalnya,
seimbang, jomplang, dll. Kesatuan, irama, keselarasan, dll.
4. Pembahasan tentang bagaimana elemen atau sistem struktural berkontribusi
terhadap tampilan gambar atau fungsi.
5. Analisis penggunaan cahaya dan peran warna, misalnya, kontras, bayangan,
dingin, hangat, warna sebagai simbol, dll.
6. Perlakuan terhadap ruang, baik yang nyata maupun yang ilusi (termasuk
penggunaan perspektif), misalnya, kompak, dalam, dangkal, naturalistik, acak,
dll.
7. Penggambaran gerakan dan bagaimana pencapaiannya.
8. Efek medium tertentu yang digunakan
9. Persepsi seniman terhadap keseimbangan, proporsi dan skala (hubungan
setiap bagian komposisi secara keseluruhan dan satu sama lain) dan emosi atau
ekspresi yang dihasilkan.
10.Reaksi terhadap objek atau monumen
Untuk
dapat melakukan analisis formal, kita harus mengerti mengenai unsur-unsur
terkecil dari karya seni rupa, yaitu: Unsur Unsur Seni Rupa dan Desain& Prinsip atau Asas Seni Rupa dan Desain
Interpretasi
Interpretasi adalah
penafsiran makna atau isi sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol
yang dihadirkan dan tanda-tanda lain yang dimunculkan. Penafsiran ini sangat
terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan kritikusnya. Semakin
luas wawasan seorang kritikus biasanya semakin kaya interpretasi karya yang
dikritisinya. Interpretasi haru dapat menjawab pertanyaan, ‘Mengapa seniman
menciptakannya dan apa artinya’
Beberapa elemen
yang merupakan interpretasi meliputi:
1. Ide utama, keseluruhan arti dari karya.
2. Pernyataan Interpretasi: Dapatkah kita mengungkapkan apa yang kita
pikirkan /tafsirkan tentang karya seni itu dalam satu kalimat?
3. Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni itu, untuk
mendukung penafsiran kita.
Prinsip Interpretasi
Berikut adalah
beberapa prinsip interpretasi menurut Terry Barret. Terry Barret adalah seorang
kritikus seni asal Amerika Serikat menyusun beberapa prinsip-prinsip
Interpretasi seni.
1. Karya seni memiliki “ketidakjelasan” dan dibutuhkan interpretasi.
2. Interpretasi adalah argumen persuasif.
3. Beberapa interpretasi lebih baik dari yang lain.
4. Penafsiran seni yang baik lebih banyak menceritakan tentang karya seni
itu sendiri daripada penafsirnya sendiri.
5. Perasaan adalah panduan untuk interpretasi.
6. Ada interpretasi yang berbeda, bersaing, dan kontradiktif terhadap karya
seni yang sama.
7. Interpretasi sering didasarkan pada pandangan dunia.
8. Interpretasi tidak terlalu benar, tapi kurang lebih masuk akal,
meyakinkan, mencerahkan, dan informatif.
9. Interpretasi dapat dinilai berdasarkan koherensi, korespondensi, dan
inklusivitas.
10.Sebuah karya seni belum tentu tentang
apa yang seniman inginkan.
11.Seorang kritikus seharusnya tidak
menjadi juru bicara seniman.
12.Interpretasi harus menyajikan bagian
terbaik karya, bukan bagian terlemahnya
13.Objek penafsiran adalah karya seni,
bukan seniman.
14.Semua karya seni adalh bagian tentang
dunia di mana ia muncul.
15.Semua karya seni adalah bagian dari
karya seni lainnya.
16.Tidak ada penafsiran yang lengkap
tentang arti sebuah karya seni.
17.Makna sebuah karya seni mungkin
berbeda dari kepentingan pemirsa. Interpretasi pada akhirnya adalah usaha
komunal, dan masyarakat pada akhirnya mungkin akan mengoreksinya lagi.
18.Interpretasi yang baik akan
mengundang kita untuk melihat diri kita dan melanjutkan interpretasi menurut
pendapat kita sendiri.
Untuk
melengkapi khazanah interpretasi, baca juga: Semiotika – Komunikasi tanpa Kata,
Pengertian Simbol dan Tanda-tanda.
Evaluasi atau penilaian
Evaluasi merupakan
tahapan yang menjadi ciri utama dari kritik karya seni jika dibandingkan dengan
apresiasi. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan
kualitas suatu karya seni dan biasanya akan dibandingkan dengan karya
lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait
dengan karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks. Menilai sebuah
karya berarti memberi penilaian dalam kaitannya dengan karya lain dan tentu saja
mempertimbangkan aspek yang sangat penting dari seni visual; orisinalitasnya.
Berikut ini adalah berbagai elemen penilaian.
1. Apakah itu karya seni yang bagus?
2. Kriteria: Kriteria apa yang menurut kita paling sesuai untuk menilai
karya seni ini?
3. Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni yang berkaitan
dengan setiap kriteria?
4. Penilaian: Berdasarkan kriteria dan buktinya, apa penilaian kita tentang
kualitas karya seni tersebut?
Mengevalusi atau
menilai secara kritis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengkaitkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang
sejenis
2. Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang ditelaah
3. Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan “menyimpang” dari yang
telah ada sebelumnya.
4. Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi pandang
tertentu yang melatarbelakanginya.
Berpikir Kritis
Sebetulnya kritik
sudah sejak lama dilakukan oleh kita sebagai manusia. Dalam keseharian, kita
secara sengaja atau tidak sengaja sering melontarkan kata, kalimat atau bahasa
yang bersifat memberikan tanggapan, komentar, penilaian terhadap suatu karya
apapun. Sebetulnya hal intu sangat wajar, karena manusia memiliki
empat kemampuan sebagai kapasitas mental, yaitu :
1. Kemampuan absortif, yaitu kemampuan mengamati
2. Kemampuan retentif, adalah kemampuan mengingat dan mereproduksi
3. Kemampuan reasoning, merupakan kemampuan menganalisis dan
mempertimbangkan
4. Kemampuan kreatif, kemampuan berimajinasi, menafsirkan, dan mengemukakan
gagasan.
Kunci dari kritik
adalah kemampuan reasoning dan kreatif, kita selalu tergugah untuk melakukan kritik
walaupun bukan atas dasar permintaan atau kesengajaan. Kebiasaan melontarkan
kritik kepada karya orang lain merupakan dorongan kritis yang didasari oleh
unsur cipta dan rasa dalam diri seseorang sebagai manusia.
Pisau Analisa Kritik Seni
Landasan keilmuan
(dan pengetahuan) yang relevan akan membantu kritikus dalam mengupas persoalan
kekaryaan seni rupa. Misalnya sejarah seni rupa, Ilmu sejarah akan memberikan
jalan wawasan tentang waktu dan ruang kekaryaan seni rupa. Dengan mempelajari
perkembangan seni rupa di setiap pelosok dunia, maka luas bahan sebagai dasar
pemikiran dan acuan arah bandingan menjadi lebih terbuka. Selain sejarah seni
rupa, wawasan teori seni juga penting dimiliki oleh kritikus.
Teori seni meliputi
ilmu seni, filsafat seni, unsur seni, antropologi seni, sosiologi seni,
tinjauan seni modern
dan kontemporer, dan lain-lain. Keilmuan akan
memberi pijakan dan memperkokoh konstruksi kritik yang obyektif. Sehingga mata
pisau kritik semakin akurat, dan memberi pula wawasan kepada publik seni
dengan keyakinan yang kuat. Seorang kritikus seni rupa tidak selalu harus
seorang perupa, namun ilmu kesenirupaan harus dimilikinya. Pengalaman dan pergaulan
dalam mengamati, menyelidiki, dan membandingkan kekaryaan seni rupa sebagai
syarat yang tidak bisa dilepaskan dari seorang kritikus seni rupa.
Pandangan Retrospektif dan metode spesifik lain
Pengamatan terhadap
perkembangan seni rupa masa lalu (dari prasejarah ) hingga fenomena seni rupa
masa kini akan memberi warna yang serasi bagi karya kritik seni rupa. Begitupun
upaya menyelidiki dan membandingkan kekayaan seni rupa antara berbagai karya
seni rupa akan sangat membantu memperluas dan memperkaya khazanah kritik.
Tidak hanya
memahami kekaryaannya, kritikus juga sebaiknya memahami pikiran, perasaan
seniman penciptanya. Biografi dan kehidupan seniman tidak lepas dari pengamatan
kritikus.
Metode yang
digunakan akan berbeda satu sama lain. Banyak metode yang dapat digunakan
sebagai pisau analisa kritik, sesuai dengan kebutuhan jenis kritik dan jenis
karya seni rupa itu sendiri. Metode kritik adalah serangkaian prosedur (tata
cara, etika) yang disesuaikan dengan tipe kritiknya. Misalnya, metoda kritik
jurnalistik menggunakan tata cara jurnalis. Begitupun metoda kritik akademik
menggunakan tata cara akademis yang dikembangkannya. Melakukan pendekatan
analisis formal terhadap karya yang antiestetika juga mungkin akan cenderung
tidak maksimal, sehingga pendekatan lain yang jauh lebih mendalam harus
diaplikasikan.
Kesimpulan
Kritik seni
merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk mempertumbuhkan kelebihan dan
kekurangan suatu karya seni. Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat
menentukan pola pikir kita dalam melakukan kritik seni. Begitu juga dengan
pendekatan kritik seni yang dapat menggunakan berbagai metode dan pisau
analisis yang berbeda. Perbedaan mazhab/aliran seni juga akan mempengaruhi cara
melakukan kritik yang harus kita lakukan.
Kritik seni tidak
berarti eksklusif terhadap kebutuhan untuk mengkaji karya seni untuk keperluan
karya ilmiah. Kritik seni memiliki berbagai jenis dengan masing-masing
kebutuhannya. Boleh dibilang sebetulnya apa yang lebih diperlukan di era seni
rupa yang serba memusingkan masyarakat umum ini adalah kritik populer. Keadaan
masyarakat yang semakin skeptis terhadap karya seni kontemporer perlu direspon
dengan berbagai kritik seni yang dapat menjembatani seniman dan masyarakat
umum.
Referensi
1. Sahman, Humar, 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa, Tentang
Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika. Semarang: IKIP
Semarang Press.
2. Soedarso Sp, 2000. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Yogyakarta: CV
Studio Delapanpuluh Enterprise & BP ISI Yogyakarta.
3. Sumartono, 1991. Penelitian Sejarah Seni Rupa Setelah
Krisis Modernisme dalam Jurnal Seni, edisi I/01-Mei 1991. Yogyakarta: BP ISI
Yogyakarta.
4. Barret, Terry 2006. terrybarrettosu.com. Principle for
Interpreting Art. Diterbitkan tahun 2006, diakses tanggal 4 januari 2018, http://terrybarrettosu.com/wp-content/uploads/2017/08/Bar…
5. Malloy, Kaoime E. Art Criticism and Formal Analysis
Outline. University of Wisconsin Green Bay. Diakses tanggal 10 Februari 2018, https://www.uwgb.edu/malloyk/art…
terima kasih pak hadi atas ilmu yang diberikan.
ReplyDelete